Senin, 18 Juni 2012

SENAM PAUD

training mengajar

rajut

motivasi dengan niat

hakekat manusia


NAMA  : S.NUR ZAENATUN AISAH
NIM      :111022041O45
TUGAS :ILMU PENDIDIKAN, MERANGKUM BAB 1,2,3.
FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN


BAB I
URGENSI MEMAHAMI HAKIKAT MANUSIA


A.  PENGERTIAN MANUSIA
Secara factual, kegiatan pendidikan merupakan kegiatan antar manusia, oleh manusia dan untuk manusia. Pendidikan itu diberikan atau diselenggarakan dalam rangka mengembangkan seluruh potensi kemanusiaanke arah yang positif.
Manusia adalah makhluk yang pandai bertanya, bahkan ia mempertaanyakan dirinya sendiri, keberadaannya dan dunia seluruhnya.
Drijarkara dalam bukunya filsafat manusia (1969: 7) mengatakan bahwa manusia adalah makhluk yang berhadapandengan dirinya sendiri. Lebih lanjut Drijarkara mengatakan bahwa manusia itu selalu hidup dan merubah dirinya dalam arus situasi konkrit. Dia tidak hanya berubah dalam tetapi juga karena dirubah oleh situasi itu.
Banyaknya devinisi tentang manusi, membuktikan bahwa manusia adalah makhluk multi dimensional,manusia memiliki banyak wajah.
1.    Manusia menurut pemikiran biologis
Menurut pola pemikiran ini, manusia dan kemampuan kreatifnya dikaji dari struktur fisiologisnya. Aspek individualitas manusia bersama sifat sosialnya membentuk keterbukaan manusia yang berbeda dengan ketertutupan dan pembatasan deterministis binatang oleh lingkungannya.
2.    Manusia menurut pola psikologis
Kekhasan polaini adalah perpaduan antara metode-metode psikologiseksperimantal dan suatu pendekatanfilosofis tertentu, misalnya fenomenologi. Binswanger, analisis freud sangat berat sebelah karena dia mengabaikan aspek-aspek budaya dari eksistensi manusia seperti agama,sen, etika dan mitos.
Freud dengan psikoanalisisnya berpendapat bahwa manusia pada dasarnya digerakan oleh dorongan-dorongan dari dalam dirinya yang bersifat instinktif.
Pandangan freud tersebut ditentang oleh pandangan humanistic tentang manusia. pandangan humanistik menolak pandangan freud yang mengatakan bahwa manusia pada dasarnya tidak rasional , tidak tersosialisasikan dan tidak memiliki control terhadap, “nasib” dirinya sendiri. Sebaliknya, pandagan humanistik yang salah satu tokohnya adalah Rojers mengatakan bahwa manusiaitu rasioal, tersosialisasikan dan untuk berbagai hal dapat menentukan “nasibnya” sendiri. Hal ini menunjukan bahwa manusia memiliki kemampuan untuk mengarahkan, mengatur, dan mengontrol diri sendiri.
Penentu tunggal dari tingkah laku manusia adalah lingkungan. Dengan demikian, kepribadian individu dapat dikembalikan semata-mata kepada hubungan antara individudengan lingkunganya.
Dapat disimpulkan bahwa freud dengan psikoanalisnya lebih menekankan factor eksternal. Sedangkan pandangan behaviorisme lebih menekankan faktor eksternal. Sedangkan pandangan psikologi humanistik lebih menekankan kamampuan manusia untuk mengarahkan dirinya, baik karena pengaruh faktor internal maupun eksternal.

3.    Manusia menurut pola pemikiran social budaya
Menurut pola ini, kodrat manusia tidak hanya mengenal satu bentuk yang uniform melainkan berbagai bentuk. Salah satu tokoh yang termasuk dalam pola ini adalah Eric Rothacker. Dia berupaya memahami kebudayaan setiap bangsa melalui suatu proses yang dinamakan reduksi pada jiwa-jiwa nasional dan melalui mitos-mitos. Yang dimaksud reduksi pada jiwa-jiwa nasional adalah proses memelajari suatu kebudayaan tertentu dengan mengembalikannya pada sikap-sikap dasar serta watak etnis yang melahirkan pandangan bangsa yang bersangkutan tantang dunia, atau weltanschauung .tokoh lain yang yang dapat dimasukandalam polaini adalah Ernst Cassirer (1990: 39-40) seorang filsuf kebudayaan abad 20.

4.    Manusia menurut pola pemikiran religious
Menurut Eliade, homo religiousus adalah tipe manusia yang hidup dalam suatu yangsakral, penuh dengan nilai-nilai religious dan dapat menikmati sakralitas yang ada dan tampak pada alam semesta, alam materi, alam tumbuh-tumbuhan, dan manusia.
Menurut Soejanto Poepowarojo bahwa manusia bukan dari kacamata seorang antropolog, biolog atau psikolog, karena hal itu lebihmerupakan interprestasi perorangan. Titik tolak pembahasan tentang manusia sebaiknya dari kondisi manusia yang sewajarnya dan keaslian hidupnya.
Dengan membuka lingkup yang sewajarnya, seharusnya kita melihat manusia sebagai makhluk alamiah, sebagai mahluk alamiah, manusia mempunyai kebutuhan-kebutuhan tertentu. Ia membutuhkan makanan agar badanya tetap segar dan sehat. Ia membutuhkan hiburan agar hidupnya menarik dan tidak membosankan. Ia pun perlu belajar dsb. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa manusia adalah makhluk yang serba butuh hah-hal yang fisik dan rohani.

A.  Wujud Sifat Hakikat Manusia
Menurut kaum eksistensialis wujud sifat hakikat manusia meliputi :
1.    Kemampuan menyadari diri: yakni bahwa manusia itu berbeda dengan makhluk lain, karena manusia mampu mengambil jarak terhadap dirinya sendiri.
2.    Kemampuan beriksistensi: dengan kemampuan mengambil jarak dengan beyeknya, berarti manusia mampu menembusetau menerobos dan mengatasi batas-batas yang membelenggu dirinya. Kemampuan menempatkan diri danmenembus inilah yang disebut kemampuan bereksitensi.justru karena mampu bereksistensi inilah, maka dalam dirinya terdapat unsure kebebasan.
3.    Kata hati: kata hati adalah kemampuan membuatkeputusan tentang yang baik dan yang buruk bagi manusia sebagai manusia.
4.    Tangggung jawab: adalah kesediaanuntuk mananggung akibat dari perbuatan yang menuntut jawab.
5.    Rasa kebebasan: adalahyang dimiliki oleh manusia untuk tidak terikat oleh sesuatu, selain terikat (sesuai) dengan tuntutan kodrat manusia.
6.    Kewajiban dan hak: ada dua macam gejala yang tibul sebagai menifestasi dari manusia sebagai makhluk social. Keduanya tidak bisa dilepaskan satu sama lain,karena hak tak ada tanpa kewajiban,dan sebaliknya.
7.    Kemammpuan menghayati kebahagiaan: bahwa kebahagiaan manusia itu tidak terletak pada keadaannya sendiri secara factual,ataupun pada rangkaian prosesnya,maupun pada perasaan yang diakibatkannya terletak pada kesanggupannya atau kemampuannya menghayati semuanya itu dengan keheningan jiwa.
8.    Unsure-unsur hakikat manusia
Menurut notonegoro, manusia adalahmakhluk monopluralis,maksudnya makhluk yangmemilki banyak unsur kodrat (plural), tetapi merupakan satu kesatuan yang utuh (mono), yakni sebagai makhluk pribadi.


BAB II
ARTI PENDIDIKAN DAN BATAS-BATAS PENDIDIKAN

A.   ARTI PENDIDIKAN

Secara historis, pendidikan dalam arti luas telah dimulai delaksanakan sejak manusia berada dimuka bumi ini. Adanya pendidikan adalah setua dengan adanya kehidupan manusia itu sendiri. Dengan perkambangan peradaban manusia, berkembang pula isi dan bentuk termasukperkembangan penyelenggaraan pendidikan. Ini sejalan dengan kemajuan manusia dalam pemikiran dan ide-ide tentang pendidikan.
Konsep yang menggambarkan pendidikan sebagai bantuan pendidik untuk membuat peserta didik dewasa, pendidikan dalam arti luas disamakan dengan belajar,pendidikan merupakan suatu fungsi internal, pendidikan sebagai bagian dari kebudayaan, dalam arti teknis, pendidikan adalah proses dimana masyarakat .
Menurut  John S. Brubache dalam bukunya Modern philosophies of Education (1973: 371) dinyatakan bahwa pendidikan adalah proses dalam mana potensi-potensi, kemampuan-kemampuan, kapasitas-kapasitas manusia yang mudah dipengaruhi oleh kebiasan-kebiasaan ,disempurnakan
Dengan kebiasaan-kebiasaan yang baik, dengan alat (media) yang disusun demikian rupa, dan digunakan oleh manusia untuk yang ditetapkan. Dan menurut G. Terry Page, J.B. Thomas dan AR. Marshall dan international Dictionary of Education (1980:112), pendidikan adalah proses pengambangan kemampuan dan perilaku manusia secara keseluruhan.
Menurut carter V. Good dalam Dictionary education (1945-145) pendidikan adalah : menurut ki Hajr Desantara (1977: 20) pendidikan yaitu, menuntun segala kekuatan kodral yang ada pada anak-anak itu,agar mereka sebagai manusia dan sebagai anggota masyarakat dapatlah mencapai keselamatan dan kebehagiaan yang setinggi-tingginya.
Sedangkan menurut Dwiyarkara (1980: 78), intisari atau eidos dari pendidikan ialah pe-manusia-an manusia-muda. Pengangkatan manusia muda ke taraf insani, itulah  yang menjelma dalam semua perbuatan mendidik, yang jumlah dan macamnya tak terhitung. (UU No. 20 Tahun 2003) esensial yang tercangkup dalam pengertian pendidikan adalah sebagai berikut :
1.    Dalam pendidikan terkandung pembinaan (pembinaan kepribadian), pengambangan (pengembang kemampuan-kemampuan atau potensi-potensiyang perlu dikembangakan) peningkatan  (misalnya dan tidak tahu menjadi tahu, dan tidak tahu tentang dirinya menjadi tahu tentang dirinya ) serta tujuan(kea rah mana peserta didikakan diharapkan dapat mengaktualisasikan dirinya seoptimal mungkin).
2.    Dalam pendidikan, secara implisit terjalin hubungan antara dua fihal, Yaitu fihak pendidikan dan fihak peserta didik yang di dalam hubungan itu benlainankedudukan dan peranan setiap fihakj, akan tetapi sama dalam hal dayanya yaitu saling mempengaruhi , guna terlaksanakannya proses pendidikan (transformasi pengetahuan, nilai-nilai dan keterampilan- keteterampilan) yang tertuju kepada tujuan-tujuan yang diinginkan.
3.    Pendidikan adalah proses sepanjang hayat dan perwujudan pembentukan diri secara utuh dalam arti pengembangan segenap potensi dalam rangka pemenuhan semua komitmen menusia sebagai individu, sebagai makhluk social dan sebagai makhluk Tuhan.
4.    Aktivitas pendidikan dapat berlangsung dalam keluarga, dalam sekolah dan dalam masyarakat.

Dan uarian di atas secara implisit terkandung betapa besar nilai pendidikan bagi individu, masyakatdan suatu bangsa, karena pendidikan sangat barguna untuk:
1.    Membentuk pribadi-pribadi yang beriman dan bertaqwa kepeda Tuhan Maha Esa,memiliki kepercayaan diri, disiplin dan tanggung ,mampu melakukan hubungan manusiawi, dan menjadi warganegara yang baik.
2.    Mambuat tenaga pembangunan yang ahlidan terampil serta dapat meningkatkan produktivitas, kualitas, dan efisiensi kerja.
3.    Melestarikan nilai-nilai yang diunjung tinggi oleh masyarakat, bangsa dan Negara.
4.    Mengembangkan nilai-nilai baru yang dipandang serasi oleh masyarakat dalam menghadapi tentangan ilmu, teknologi dan dunia modern.
5.    Merupakan jembatan masa lampau masa kini dan masa depan. Apa yang dilakukan selain pendidikan dewasa ini, selain mengintegrasikan unsure-unsuryang dipandang baik pada masa lampau, juga senantiasa dengan pendidikan di masa lampau akan dirasakan akibatnya di masa kini dan apa yang dilakuakan dengan pendidikan dewasa ini akan dirasakan akibatnyadi masa mendatang. Pendidikan yang tidak mengantisipasi perkembangan masadepan akan selalu ketinggalan dan kurang berarti.



                   BAB III
PENDIDIKAN SEBAGAI ILMU DENGAN SISTEM

A.   PENDIDIKAN SEBAGAI ILMU

Pendidikan adalah fenomena yang fundamental atau asasi dalam kehidupan manusia. Menurut soedomo (1990: 30),
George f. kneller (1971: 231) secara jelas member arti tentang teori pendidikan. Ernest E. Bayles, adalah berkanaan tidak hanya dengan apa yang ada, tetapi bahkan banyak juga dengan apayang harus ada.
        Menurut M.J Langeveld (1955), paedagogieg (ilmu pendidikan atau ilmu pendidikan) adalah suatu ilmu yang bukan saja menelaah obyeknya untuk mengetahui betapa keadaan atau hakiki objek itu, melainkan mempelajari pula betapa hendaknya bertindak.
          Menurut S. Brodjonagoro (1966: 36), ilmu pendidikan atau paedagogiek adalah teori pendidikan, perenungan tentang pendidikan. Dalam arti luas paedagogiek adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari soal-soal yang timbul dalam praktek pendidikan.
         Menurut Carter V. Good (1945: 36), ilmu pendidikan adalah suatu bangunan pengetahuan yang sistematis mengenai aspek-aspek kuantitatif dan objektif dan proses belajar, menggunakan instrument secara seksama dalam mengajukan hipotesis-hipotesis pendidikan untuk diuji dan pengalaman, seringkali dalam bentuk eksperimental.
        Menurut Imam Barnadib (1987: 7), ilmu pendidikan atau paedagogieg adalah ilmu yang membicarakan masalah-masalah umum pendidikan, secara menyeluruh dan abstra. Paedagogiek, selain bercorak teoritis, juga bersifat praktis. Untuk yang teoritis diutamakan hal-hal yang bersifat normative ialah menunjuk standar nilai tertentu; sedangkan yang praktis menunjukan bagaimana pendidikan itu harus dilaksanakan.
        Menurut Dwikarya (1980: 66-67), ilmu pendidikan adalah pemikiran ilmiah (pemikiran yang bersifat kritis, metodis dan sistematis) tentang realitas yang kita sebut pendidikan (mendidik dan mendidik).

Johann Friederick Herbart sering disebut sebagai bapak ilmu pendidikan modern dan bapak psikologimodern (Gruber, 1973: 142).

1.    Persyaratan Pendidikan sebagai ilmu
Imu adalah suatu pengetahuan yang yang disusun secara kritis , metodis dan sistematis yang berasal dan observasi, studi dan eksperimentasi untuk menentukan hakikat dan prinsip-prinsip apa yang diajari. (1) memiliki obyek studi (obyek material dan obyek formal), (2) memiliki sistematika dan (3)memiliki metode. seperti segi psikologis, antropologis.

a.    Metode Normatif (konsep manusia)
b.    Metode Eksplanatory
c.     Metode Teknologis
d.    Metode Deskriptif – Fenomenologis
e.    Metode Hermeneutis
f.      Metode Analisis Kritis (Filosofis)

2.    Sifat-sifat Ilmu Pendidikan
Empiris, rokhaniah, normative,historis, teoritis, dan prektis (Soetjipto Wirowidjojo, Sutani Imam Barnadib.
Ilmu pendidikn bersifat normatif, karena berdasar atas pemilihan antara yang baik dan yang tidak baik untuk peserta didik pada khususnya dan manusia pada umumnya.
Tiga ragam, (1) berupa nilai hidup yang memang dapat diterima sebagai nilai, (2) berupa perkembangan atau pertumbuhan peserta didik yang bila diujidengan hakekat perkembangan atau pertumbuhan memang baik dan (3) berupa suatu alat untuk mencapai tujuan. Imu pendidikan bersifat teoritis, ilmu prndidikan juga bersifat praktis.

3.    Pengembangan Pendidikan
Secara hierarkhis ilmu pendidikan memiliki dasar yang sekaligus juga sebagai sumbernya.


B.   Pendidikan Sebagai Sistem
1.    Pengertian Sistem
Roger A. Kaufman (1972) adalah jumlah keseluruhan dan bagian-bagian yang bekerja secara idependen dan bekerja bersama untuk mencapai hasil-hasilyang dikehendaki berdasarkanatas kebutuhan-kebutuhan
2.    Komponen-komponen Upaya Pendidik
Tiga komponen sentral dalam upaya pendidikan adalah peserta didik, pendidik dan tujuan penidikan.
UU No.20 Tahun 2003 yaitu “…. Berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepeda Tuhan Yang Maha Esa, berakhlaq mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga Negara yang demokratis serta bertanggung jawab”.
Tujuan umum (1) penampilan apa yang diharapkan darinya, (2) sejauh mana penampilan itu harus dikuasai sebagai penampilan yang memenuhi syarat, (3) dalam kondisi yang bagaimana  penampilan yang memenuhi syarat itu harus ditampilkan. Isi pendidikan,alat pendidikan,lingkungan pendidikan.
3.    Saling Hubungan Antar Komponen
Proses pendidikan terjadi apabila antar komponen pendidikan yang ada di dalam upaya pendidikan itu saling berhubungan secara funsional dalam suatu kesatuan yang terpadu.
4.    Pencapaian Tujuan yang Diinginkan
Pendidik saling berhubungan antar komponen dalam faktor lain (suasana).
5.    Sistem Pendidikan dalam Kerangka yang Lebih Luas
6.    Tantangan Sistem Pendidikan
Memiliki tiga kemampuan(Moechtar Buchory, 1994: 44), yaitu: (1) kemampuan untuk mengetahui pola-pola perubahan dan kecendrungan yang sedang berjalan.
 (2) kemempuan untuk menyusun gambar tentang dampak yang akan ditimbulkan oleh kecendrungan-kecendrungan yang sedang berjalan tadi. (3) kemampuan untuk menyusun program-program penyesuaian diri yang akan ditimpuhnya  dalam jangka waktu tertentu, misalnya jangka waktu lima tahun.

ibu

silvi

teori kebenaran ilmiah.docx
shalat.docx
kebenaran ilmiah.dock